Kamis, 28 Mei 2015

Membuat tempat di meja untuk masakan Indonesia


       Ramayana Kakawin, atau  Sonnet Ramayana, menggambarkan 9 abad pesta yang sesuai untuk Raja. Sayang, beberapa hidangan khusus disebutkan dalam sonnet tidak lagi dibuat. Berbicara dalam sebuah diskusi baru baru ini mengenai bagaimana memperkenalkan masakan indonesia ke dunia yang diadakan oleh produsen kecap bango, sejarawan JJ Rizal mengatakan tentang sonnet dikatakan bagaimana rumah tangga raja mempersiapkan pesta untuk rakyat yang disebut makanan untuk minyet di sonnet, seperti pindang, gulay2, hasem2, lawaran, dan bakasem.

Walaupun mereka hidangan terdengar mirip dengan mereka yang akrab dengan menu saat ini, rajamangsa, hidangan raja termasuk tuak siddhu, badawang, baning, wdus gunting, karung putih, ring gantungan,asu tugel dan taluwah, yang semua telah hilang selama berabad abad. Cerita lain dari Aceh pada abad ke 16 dijelaskan pesta di berikan oleh keluarga kerajaan untuk ekspedisi Prancis yang disajikan dalam 50 hidangan.

Sebelumnya, resep yang terkenal diturunkan oleh ibu ke anak perempuan. Bangsawan jawa kartini, nasionalis wanita yang pertama menyimpan resep dan menyalin resep. Kartini diangkat menjadi Pahlawan Nasional untuk mendidik anak anak perempuan dan mendorong hak ahak perempuan,resep yang telah dikumpulkan digunakan setelah kartini meninggal oleh saudara perempuan kartini yaitu Kardinah sebagai bahan ajar mengajar di sekolahnya.

Lebih baru keturunan dari Kartini yang terakhir Suryatini N, Ganie, mengunakan resepnya sebagai acuan dia dalam memasak. Yang menarik dari resep kumpulan kartini adalah hidangan masyarakat jawa dan perpaduan makanan yang diadaptasi dari India, Cina dan masakan Arab. tidak ada resep yang menggambarkan sepertis makanan untuk kaum elit, tutur Rizal. Jauh sebelum Kartini, Koba JMJ CAtenius van der Meijden, versi Belanda abad ke 14 dari Martha Stewart, ditulis oleh Buku resep terbaru India. Buku setebal 1.381 berisi masakan Indonesia , rempah rempah dan bahan bahan lainnya.

Rizal mengatakan bahwa babu diwanwancara Catenius, atau pelayan Indonesia dalam rumah tangga Belanda (Jakarta) dan Semarang, Jawa tengah yang telah belajar hidangan makanan dari berbagai daerah di kepulauan dimana tuan mereka bertugas. "Resep yang telah dia kumpulkan tidak pernah pergi dari dapur uji," tambahnya.

Menurut Rizal,Catenius yang karyanya menerima penghargaan anumerta di Den Haag, pameran masakan pada tahun 1904, buku yang ditulis untuk membantu memperkenalkan budaya nasi Indonesia ke Belanda melalui rijsttafel, atau hidangan nasi, dengan berbagai lauk. Kolonial Belanda menyukai nasi tetapi malu dengan kebiasaan baru mereka, sehingga mereka menciptakan rijsttafel untuk dilayani hanya selama pesta, turut Rizal. Rijsttafel sendiri mewakili keanekargaman bangsa. ini gambaran indonesia dalam masakan.

Setelah kemerdekaan, pemerintah mendokumentasikan  masakan Indonesia dalam buku yang berjudul Mustikarasa. pada tahun 1059 sebagai  bagian dari kebijakan melestarikan makanan. Bekerja dalam buku, yang dipimpin oleh Badan Perencanaan Nasional, berlangsung selama 7 tahun para pegawai dijangkau sampai kepala daerah dan mewawancarain para istri . Buku berisi 1.700 resep. "Karaya dari Suryatini yang bekerja mengumpulkan 5000 resep dari hidangan dan minuman Indonesia lebih dari 20 tahun dan pertanyaan untuk mencari tahu apa masakan Indonesia sebenarnya," tutur Rizal.

Masak dan pemilik restauran William Wongso yang juga berbicara dalam seminar, mengatakn bahwa masakan Indonesia memeiliki potensi untuk go internasional. Indonesia sering bergabung dalam festival makanan dunia, seperti WSFC singapura, dan koki Indonesia diundang untung mengajar di Institut Kuliner Amerika, CIA bagus, menurut WWilliam.

Dunia telah mengakui makanan Indonesia sebagai tradisi kuliner dengan rasa yang khas. Masakan kita juga dipandang sebagai bagaian penting dari kebudayaan Indonesia," katanya dalam diskusi. Namun , William mengatakan bahwa baru baru ini aja pemerintah berusaha mempromosikan masakan Indonesia yang memiliki 30 ikon hidangan untuk tujuan promosi.

Indonesia tidak memiliki program seperti Korea Selatan untuk mempopulerkan dan menggembangkan makanan tradisional, tutur William."Korea memiliki Institut kreatis kuliner yang dosenya bergelar Ph.D. dalam
buadaya makanan Korea. Korea telah memikirkan hal itu untuk go internasional. William mengatakan bahwa makanan Indonesia telah menjadi tuan rumah di rumah sendiri."kami perlu melakukan 2 hal secara bersamaan: merek makanan Indonesia dan salah satunya menanamkan kebanggan terhadap produk rumah.

Pembicara lain, blogger makanan Bayu Amus mengatakan bahwa media sosila dapat mempromosikan makanan Indonesia ke luar negeri. "Bahasa adalah tantangan Utama, dan alasan mengapa saya menulis blog saya dalam bahasa Inggris, tutur pencipta Epicurina, menulis petualangan makanan di Bali. Ada 4 tahap dari pengalaman pembaca: penemuan, on boarding, menjelajah, keahlian" tutur Bayu "memposting gambar hidangan dan hal tersebut tidak cukup infomasi jika kita ingin mempopulerkan makanan Indonesia











 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar